Tentang

Bambang Brodjonegoro

ACADEMIC, BUREAUCRAT, INDEPENDENT ADVISOR

Akademisi

Terlahir pada tanggal 3 Oktober 1966 sebagai putra mantan Menteri Pendidikan dan mantan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kecintaan mendalam Prof. Bambang Brodjonegoro terhadap pendidikan dan energi telah berawal dari usia muda. Setelah lulus dari University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat untuk studi S2 (Master in Urban Planning) dan S3 (PhD di Urban dan Regional Planning), dirinya memulai karir sebagai akademisi di almamaternya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, fakultas terbesar di UI. Pertama sebagai dosen untuk program Sarjana dan Magister, kemudian memimpin sebagai Dekan. Selama masa jabatannya, ia memprakarsai program double degree untuk S1 dan S2. 

Prof. Bambang menjembatani UI dengan universitas bergengsi di luar negeri, seperti Melbourne University di Australia, Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda, Grenoble University di Perancis, International University of Japan, dan beberapa lainnya. Sebagai Dekan, ekonom ini juga berhasil menggalang dana sebesar IDR 15 Miliar (USD 1,15 Juta) untuk menambah gedung akademik baru untuk studi pascasarjana, bersama dengan fasilitas lainnya. Hingga kini, dirinya masih aktif sebagai anggota alumni Universitas Indonesia dan menjadi Ketua Dewan Guru Besar UI.

Birokrat

Menteri Keuangan (2014-2016)

 

Karena keahliannya di bidang ekonomi dan tata kota, ia dipercaya untuk menduduki beberapa posisi publik. Pertama sebagai Anggota Tim Asistensi Kementerian Desentralisasi Fiskal (2005 - 2006), hingga naik menjadi Wakil Menteri Keuangan (2013 - 2014) dan kemudian menjadi Menteri Keuangan dari tahun 2014 hingga 2016. Selama menjabat, beliau berhasil melaksanakan beberapa program penting dan penting yang sejalan dengan kecintaannya pada SDGs, di antaranya:

  1. Memulai program Tax Amnesty paling ambisius di dunia pada tahun 2016, yang menghasilkan pendapatan pajak pemerintah senilai IDR 137Tn (USD 10,5 miliar) hanya dalam 3 bulan pertama.
  2. Mengalokasikan kembali Rp 200 triliun (USD 15 miliar) / tahun dari subsidi bensin / bahan bakar yang tidak efisien ke belanja infrastruktur, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
  3. Melaksanakan proyek Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) pertama di Indonesia untuk mempercepat pembangunan pembangkit listrik, sistem serat optik nasional, dan pasokan air.
  4. Mengalokasikan 5% APBN untuk program pelayanan kesehatan guna mempercepat perbaikan pelayanan kesehatan masyarakat.
  5. Peningkatan alokasi hibah kepada pemerintah daerah untuk mendukung program pengentasan kemiskinan daerah, meningkatkan produktivitas pertanian, kesehatan dasar (termasuk sanitasi dan akses air bersih), dan infrastruktur.
  6. Memperkenalkan dan mengimplementasikan sistem obligasi syariah senilai USD 29,25 miliar untuk pembiayaan proyek.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (PPN) / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2016-2019)

 

Setelah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Prof. Bambang diangkat menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2016 hingga 2019. Tanggung jawab utamanya adalah untuk merancang masterplan pembangunan nasional jangka pendek, menengah, dan panjang serta berkoordinasi dengan kementerian lain untuk melaksanakan program tersebut. Di akhir jabatannya, dirinya juga merencanakan dan merancang konsep ibu kota baru untuk Indonesia. Di antara prestasinya yang terkenal adalah:

  1. Memulai pembiayaan ekuitas untuk proyek infrastruktur dan energi dari skema Public-Private Partnership (PPP), yang diperkirakan bernilai IDR 350Tn (USD 27 miliar).
  2. Menerapkan SDGs dalam perencanaan pembangunan nasional, serta mengkomunikasikan SDGs kepada publik. Mulai dari pemerintah pusat dan daerah hingga komunitas bisnis, filantropis, organisasi, media, dan civitas akademika.
  3. Pejabat tinggi pertama yang menerapkan kebijakan e-government dengan menyusun kebijakan Satu Data dan Satu Peta untuk meningkatkan efisiensi, akurasi pengelolaan data nasional di tahun 2017.
  4. Merancang dan merumuskan sistem nasional kartu pintar (smart card) untuk mendukung kebutuhan dasar 40% rumah tangga berpenghasilan terendah.

Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (2019-2021)

 

Selama bertahun-tahun, Prof Bambang telah mengembangkan minat pada teknologi dan inovasi. Ia menciptakan konsep Innovation-driven Economy atau Ekonomi yang Digerakkan oleh Inovasi, di mana ekonomi Indonesia harus didorong oleh penelitian, pengembangan, dan inovasi yang konstan. Ini bertujuan untuk melepaskan Indonesia dari perangkap negera berpendapatan menengah (middle income trap) dan memajukan ekonomi Indonesia melalui inovasi. Dirinya memprakarsai koordinasi antara badan pemerintah, perusahaan publik dan swasta, serta komunitas akademik untuk menghasilkan solusi berbasis inovasi bersama dan meningkatkan koordinasi penelitian dan pengembangan antara triple helix tersebut. Selama masa pandemi COVID-19, dirinya termasuk orang pertama di negara ini yang merespons dengan meningkatkan program penelitian untuk mengatasi pandemi. Prestasi lain yang diraihnya antara lain:

  1. Memrakarsai dan mempelopori kebijakan Konsorsium Riset COVID-19, yang terdiri dari berbagai peneliti, badan pemerintah, dan perusahaan publik dari berbagai bidang keahlian untuk menanggulangi pandemi.
  2. Memimpin Pengembangan Vaksin Nasional COVID-19 dan mempercepat kemajuannya (Vaksin Merah Putih).
  3. Mengelola dan mengawasi perkembangan berbagai inovasi, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir, pelabuhan antariksa internasional, pesawat R-80, dan bahan bakar hijau yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
  4. Menerapkan masterplan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pembangunan negara dengan berfokus pada tiga bidang strategis: hilir, metropolitan, dan lingkungan.

Penasehat Independen

Prof. Bambang memegang banyak posisi sebagai penasehat independen selama bertahun-tahun. Organisasi, bank, serta perusahaan publik dan swasta mengandalkan keahliannya untuk memberi mereka anjuran dan gagasan. Dirinya pernah menjabat sebagai Dewan Komisaris sejak 2004, mulai dari PLN (2004 - 2006, 2007 - 2009), Asia Bond Fund (2007 - 2009), Adira Insurance (2006 - 2011), ANTAM (2011 - 2013), Pertamina (2013 - 2014), dan yang terbaru salah satu startup unicorn Indonesia, PT Bukalapak.com (2021 - sekarang).

Ia juga aktif di berbagai organisasi seperti Asia Development Bank Institute, Indonesian Economist Association (ISEI), dan saat ini menjabat sebagai Ketua Yayasan Indonesia Forum (2018 - 2023). Sebagai penasihat, sebagian besar perannya adalah dalam komite audit, tata kelola perusahaan (good governance), dan peran lain terkait SGD, termasuk energi.